haybatam.com
Salah satu kuliner tradisional khas Batam yang memiliki sejarah panjang dan cita rasa autentik adalah Luti Gendang. Nama “luti” berasal dari kata dalam bahasa Melayu yang berarti roti, sedangkan “gendang” merujuk pada abuk (abon) ikan, khususnya ikan tuna atau tongkol yang dibumbui rempah khas. Sajian ini telah menjadi camilan legendaris masyarakat pesisir sejak awal abad ke-20, terutama di kalangan pelaut dan nelayan Melayu di kawasan pesisir Kepulauan Riau, termasuk Batam dan Tanjungpinang.
Luti Gendang dikenal sebagai “bekal laut” karena tahan lama dan mudah dibawa saat melaut berhari-hari. Abon ikan yang gurih dan pedas dimasukkan ke dalam adonan roti berbentuk lonjong, lalu digoreng hingga kecoklatan. Hasilnya adalah kudapan padat bergizi dengan rasa manis, asin, dan pedas yang seimbang—sesuai dengan karakter masakan Melayu yang kaya rempah. Uniknya, Luti Gendang dibuat tanpa bahan pengawet, tetapi tetap bisa bertahan hingga 2–3 hari pada suhu ruang karena teknik penggorengan kering dan abon yang sudah dimasak matang.
Di Batam, Luti Gendang bukan sekadar makanan, tetapi bagian dari identitas budaya Melayu urban. Warung kopi tua di kawasan Nagoya, Jodoh, hingga Tanjung Uma menjadikan roti ini sebagai menu andalan. Biasanya disajikan hangat bersama teh tarik, kopi tubruk, atau teh obeng. Beberapa tempat bahkan menyajikan variasi baru seperti Luti isi ayam suwir, sambal ikan bilis, atau daging sapi, untuk menjangkau selera milenial.
Menurut data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam, Luti Gendang menjadi salah satu kuliner yang paling dicari wisatawan domestik setelah otak-otak dan mie lendir. Bahkan, dalam Festival Kuliner Melayu 2023, Luti Gendang meraih predikat “Camilan Tradisional Terfavorit” dengan penjualan mencapai 12.000 buah selama tiga hari acara.
Kini, Luti Gendang juga mulai dikembangkan sebagai produk UMKM unggulan dan oleh-oleh khas Batam yang dikemas modern. Beberapa produsen lokal telah melakukan inovasi dalam pengemasan vakum dan sistem pendingin, agar roti ini dapat dikirim antar kota bahkan antar negara, terutama ke Singapura dan Malaysia, yang memiliki populasi Melayu serumpun.
Dengan kombinasi antara nilai sejarah, cita rasa otentik, dan potensi ekonomi kreatif, Luti Gendang bukan sekadar makanan ringan, melainkan representasi dari kekayaan budaya pesisir yang terus hidup di tengah modernisasi Batam.