haybatam.com
Kota Batam, yang berada di Provinsi Kepulauan Riau, terus menjadi pusat perhatian karena posisinya yang strategis di jalur pelayaran internasional Selat Malaka. Wilayah ini terdiri dari ratusan pulau, termasuk Pulau Batam, Rempang, dan Galang, yang dihubungkan oleh Jembatan Barelang. Dari sisi topografi, Batam didominasi oleh dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian maksimum sekitar 160 meter di atas permukaan laut. Tanahnya sebagian besar berupa tanah merah berpasir yang kurang subur untuk kegiatan pertanian skala besar.
Memasuki akhir Mei 2025, kondisi cuaca di Batam menunjukkan pola tropis khas Indonesia. Badan Meteorologi memperkirakan suhu udara berkisar antara 25 hingga 31 derajat Celsius dengan kelembaban relatif tinggi, mencapai hingga 94 persen. Cuaca pada umumnya cerah berawan pada pagi hari, disertai potensi hujan ringan pada siang atau malam hari. Kondisi ini menuntut kewaspadaan masyarakat, khususnya yang bermukim di daerah rendah dan pesisir, terhadap risiko banjir atau genangan air.
Sementara itu, potensi banjir rob di kawasan pesisir seperti Batu Aji, Batu Ampar, Sekupang, dan Nongsa menjadi perhatian serius pemerintah daerah. BP Batam bersama instansi terkait telah melakukan peninjauan langsung ke titik-titik rawan banjir, seperti di Kecamatan Sei Beduk, guna mencari solusi penanganan jangka panjang. Di sisi lain, laju penyusutan kawasan hutan mangrove di Batam juga menjadi sorotan. Dari sekitar 24 persen luasan daratan pada 1970-an, kini hanya tersisa 4,2 persen. Penurunan tersebut disebabkan oleh konversi lahan untuk pembangunan, penambangan pasir, dan aktivitas ekonomi lainnya. Kondisi ini memperparah risiko lingkungan dan menantang pemerintah dalam menjaga keseimbangan ekosistem di tengah pertumbuhan kota yang pesat.